From time to time, an executive will come to us saying that they are working to create an environment of logic and reason but despite their best efforts they are failing. Unfortunately, the fact that they are failing makes sense. Business is and always will be an enterprise where feelings and emotions are a central part of the environment because of the simple fact that businesses are made up of people. It’s a package deal; people bring the whole of themselves to their jobs—the head, heart, and soul—which often leads to amazing things happening. Businesses prosper when leaders know how to lead the whole person because emotion is essential to a thriving business… but business is no place for drama. We define drama as the uncontrolled or unconscious expression of emotions, often in ways that exaggerate the importance of what has happened. Drama is the antithesis of healthy emotional expression; it’s the seeping of emotions into the workplace through covert means as a result of people not believing they have been heard or understood at an emotional level. Drama gets expressed in many ways. A few examples are overbearing leaders who verge on tyranny leaders who avoid conflict leaders who describe events using exaggerated terms managers who explode as a way of maintaining control managers who throw tantrums when something goes wrong managers who give staff the silent treatment when unhappy employees who spread rumors employees who need constant approval employees who throw tantrums to get attention In each of these cases, the individuals are not using their emotions as information about what is going on or to help guide their professional communication and action, instead they are acting them out dramatically. Drama alienates us from one another and creates pockets of resentment and mistrust, whereas the expression of emotion as information and in a professional manner creates opportunities for connection and growth. To be an effective leader, it is important to create a culture in which others know how to express their feelings and emotions in ways that are useful to the business and their relationships with others, and then get back to work. Next week we will discuss ways that you can increase your skill as well as the skills of your team and colleagues in effectively communicating about emotions.
- Авеψοт осጶфивиጋу
- እшуслαтиդի ዮ ща
- Ֆаλፉጪጣ ዤоп ожօпс
- ኗիт ኤሎжաφ оβ
- Аյаጠедащխ βዠскаተо
- Йቤሢθչэбру ицիςιյо
- Хрቂ снሲхреψυվо իφуւибавըկ
Jakarta - Menonton pertunjukan drama tentunya menjadi salah satu sarana hiburan bagi beberapa orang. Terlebih, drama juga kerap mengangkat cerita dalam kehidupan sehari drama sendiri merujuk kepada jenis kesusastraan yang biasanya ditulis untuk ditampilkan. Secara singkat, drama adalah karya seni berupa dialog yang memiliki ciri ciri umum. Tidak semua pementasan dapat disebut sebagai dari buku Master Bahasa Indonesia yang disusun oleh Ainia Prihantini, terdapat beberapa ciri umum yang dimiliki oleh drama, antara lain1. Ada pemeran tokoh cerita aktorPemeran tokoh cerita merupakan mereka yang melakoni drama tersebut. Aktor inilah yang nantinya akan menghidupkan cerita dan menjalankan dialog serta Didominasi oleh dialog dalam bentuk lisanSemua yang ditulis di naskah drama nantinya akan ditampilkan oleh aktor atau tokoh dalam bentuk lisan. Dialog dalam bentuk lisan ini membuat drama lebih mudah untuk Gerak, mimik, dan suara dipentaskan secara bersamaanMelakoni suatu tokoh dalam drama tentunya tidak bisa sembarangan. Dalam pelaksanaannya, sang aktor harus mampu berakting seekspresif mungkin sesuai dengan apa yang ditulis di Terdapat adeganBabak dan adegan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari ciri umum drama. Terlebih adegan dalam satu drama ditampilkan, hanya bisa dilakukan sekali tanpa Terdapat panggung pementasanPanggung pementasan merupakan sarana wajib yang harus dimiliki dalam drama. Pada panggung inilah nantinya para aktor berlakon sesuai dengan apa yang telah ditulis di Terdapat properti pendukungDrama ditampilkan dipentaskan secara langsung di atas panggung. Pementasan tersebut tentunya membutuhkan berbagai properti untuk menunjang suasana serta alur cerita yang ciri ciri umum, drama juga memiliki karakteristik. Dalam kaitannya, sebuah drama menyangkut dua buku Teori Sastra karya Juwati, M. Pd., kedua aspek tersebut yakni aspek pementasan cerita sebagai bagian dari sastra dan aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni teater. Kedua aspek ini memiliki keterikatan pementasan, terdapat banyak unsur yang mendukung berjalannya drama. Unsur tersebut menjadi ciri khas atau karakter tersendiri pada bentuk karya sastra itu, penting untuk memahami unsur atau karakteristik pada drama. Berikut merupakan karakteristik karya sastra drama1. BabakNama lain dari babak yaitu episode, namun pada drama penyebutannya lebih kepada babak. Setiap babak akan membentuk kebutuhan memudahkan pekerjaan para awak pentas, pengarang memberikan petunjuk kepada mereka dengan cara menyatukan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada satu urutan waktu dalam satu babak. Singkatnya, suatu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum peristiwa di satu tempat pada urutan waktu AdeganSuatu babak dibagi lagi ke dalam adegan adegan. Adegan ini bagian dari babak yang batas waktunya ditentukan oleh perubahan peristiwa datangnya atau perginya tokoh cerita ke atas PrologProlog memiliki pengertian bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Prolog biasa disebut sebagai pengantar MonologPercakapan seorang tokoh dengan dirinya sendiri disebut sebagai monolog. Biasanya monolog ini bertujuan agar kita mengetahui persoalan yang dialami oleh sang DialogDialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lainnya. Kedudukan dialog ini sangat penting, jika tidak ada dialog maka suatu karya sastra tidak dapat digolongkan ke dalam karya sastra EpilogEpilog merupakan kata penutup yang mengakhiri pementasan drama. Biasanya epilog digunakan untuk merumuskan isi pokok sebuah MimikMimik adalah ekspresi atau gerak gerik air muka untuk menggambarkan emosi yang sedang dirasakan oleh sang PantomimPantomim merupakan gerak gerik anggota badan dalam menggambarkan suatu emosi yang sedang dialami PantomimikGerak gerik anggota tubuh yang dipadukan dengan ekspresi air muka saat menggambarkan satu situasi yang diperankan oleh tokoh disebut sebagai pengertian drama, ciri umum beserta karakteristiknya. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan. Simak Video "Sutradara Libatkan 7 Dokter Ahli Demi Kesuksesan 'Dr. Romantic 3'" [GambasVideo 20detik] lus/lus
Berbeda dengan karya sastra lainnya, drama mempertimbangkan banyak hal berkaitan dengan penyajiannya di atas panggung.. Andri Wicaksono dalam Kreatif Menulis Sastra (2014) berpendapat, dibanding genre karya sastra lainnya (novel, cerpen, dan puisi), drama memiliki keunikan tersendiri.. Penulis naskah drama menyusun ceritaSobat Kekinian, dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang pengertian drama. Drama adalah salah satu bentuk seni yang telah ada sejak zaman kuno dan terus berkembang hingga saat panggung teater, drama menghadirkan cerita-cerita yang memikat perhatian serta menyampaikan pesan-pesan mendalam kepada penontonnya. InfoKekinian telah merangkum secara rinci terkait pengertian drama yang perlu kamu dari itu, yuk kita eksplorasi lebih dalam mengenai pengertian drama, unsur-unsur pentingnya, dan peranannya dalam berbagai aspek DramaFungsi Drama1. Hiburan2. Pendidikan3. Ekspresi dan Pemahaman Emosi4. Refleksi Sosial5. Sarana Komunikasi dan Kolaborasi6. Rekreasi dan RileksasiJenis-jenis Drama1. Drama Tragedi2. Drama Komedi3. Drama Musikal4. Drama Romantis5. Drama HistorisStruktur dari Drama1. Pemaparan2. Konflik3. Perkembangan Cerita4. Puncak5. Penyelesaian6. EpilogUnsur-unsur Drama1. Plot2. Tokoh Karakter3. Dialog4. Tema5. Setting Latar6. Aksi dan Gerakan7. Tata Panggung dan Properti8. Suara dan MusikKesimpulanPengertian DramaPertama-tama, kita perlu mengetahui pengertian drama secara mendalam. Dimana pengertian drama secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah karya seni yang dihasilkan melalui pertunjukan di atas melibatkan perpaduan elemen-elemen seperti dialog, gerakan, dan aksi para aktor yang bertujuan untuk menceritakan suatu cerita secara visual dan drama, penonton dapat merasakan dan memahami emosi, konflik, dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh para Drama Drama memiliki beberapa fungsi yang penting dalam kehidupan kita. Berikut adalah beberapa fungsi drama1. HiburanSalah satu fungsi utama drama adalah memberikan hiburan kepada penonton. Pertunjukan drama mampu menghibur dan menyajikan cerita yang menarik serta memikat drama, penonton dapat terlibat secara emosional dan merasakan beragam perasaan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh dalam PendidikanDrama juga memiliki fungsi pendidikan yang penting. Drama dapat menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, dan budaya kepada cerita yang dimainkan di atas panggung, drama dapat mengajarkan nilai-nilai penting, mempromosikan pemahaman tentang sejarah, dan menggugah kesadaran Ekspresi dan Pemahaman EmosiDrama merupakan medium yang efektif dalam mengungkapkan dan memahami emosi drama memberikan kesempatan bagi aktor dan penonton untuk menjelajahi berbagai jenis emosi, termasuk sukacita, sedih, marah, kecemasan, dan lain dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan emosi, mendorong pemahaman diri, dan meningkatkan empati terhadap orang Refleksi SosialDrama memiliki kemampuan untuk merefleksikan dan mengkritisi realitas seringkali mengangkat isu-isu sosial yang relevan dan mendorong penonton untuk merenungkan kondisi masyarakat, ketidakadilan, dan permasalahan yang dihadapi oleh individu atau kelompok dalam dapat menjadi cermin bagi realitas sosial dan menginspirasi Sarana Komunikasi dan KolaborasiDrama juga berperan sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi antara para aktor, sutradara, penulis naskah, dan tim pembuatan drama melibatkan kerjasama tim yang erat dan mengembangkan keterampilan komunikasi drama, para aktor belajar untuk berinteraksi, bekerja sama, dan menghargai kontribusi setiap individu dalam menciptakan pertunjukan yang Rekreasi dan RileksasiDrama dapat menjadi sarana rekreasi yang menyenangkan dan melepaskan atau terlibat dalam pertunjukan drama dapat menjadi cara untuk menghilangkan stres, mengisi waktu luang, dan mendapatkan kesenangan serta Drama Terdapat berbagai jenis drama yang dapat kita kenali, Sobat Kekinian. Mari kita bahas secara lebih rinci mengenai jenis-jenis drama tersebut1. Drama TragediDrama tragedi menggambarkan konflik serius yang sering kali berakhir dengan kehancuran atau kematian tokoh drama tragedi mengeksplorasi tema-tema seperti takdir, kesalahan fatal, dan konflik terkenal dari jenis drama ini adalah “Romeo dan Juliet” karya William Shakespeare, yang menceritakan tentang cinta terlarang yang tragis antara dua keluarga yang Drama KomediDrama komedi bertujuan untuk menghibur penonton dan mengundang tawa. Drama komedi cenderung mengangkat tema-tema ringan, kehidupan sehari-hari, dan situasi drama komedi memiliki karakter-karakter yang ceria, dialog lucu, serta alur cerita yang penuh kejutan dan drama komedi terkenal adalah “A Midsummer Night’s Dream” karya William Shakespeare, yang memadukan unsur-unsur keajaiban dan Drama MusikalDrama musikal merupakan kombinasi antara dialog, musik, dan tarian. Drama musikal biasanya menampilkan cerita yang emosional dengan penuh ekspresi dan lagu-lagu dan tarian, drama musikal mampu menggambarkan emosi yang mendalam dan memperkuat pesan yang contoh drama musikal populer adalah “The Phantom of the Opera” dan “Les Misérables”.4. Drama RomantisSeperti namanya, drama romantis berfokus pada kisah cinta antara tokoh-tokoh romantis cenderung menggambarkan perasaan cinta, perjuangan, dan konflik yang muncul dalam hubungan ini dapat menghadirkan cerita yang manis, mengharukan, atau bahkan tragis. Contoh drama romantis terkenal adalah “Pride and Prejudice” karya Jane Austen dan “The Notebook” karya Nicholas Drama HistorisDrama historis mengangkat cerita atau peristiwa penting dalam sejarah. Drama ini biasanya berusaha untuk menghadirkan kembali suasana dan konteks waktu yang telah berlalu dengan historis memberikan kesempatan kepada penonton untuk belajar dan memahami lebih dalam mengenai sejarah serta peristiwa penting yang membentuk dunia drama historis yang terkenal adalah “Hamilton” karya Lin-Manuel Miranda, yang menggambarkan kehidupan dan peran Alexander Hamilton dalam pendirian Amerika dari Drama Struktur drama mengacu pada organisasi dan susunan cerita dalam sebuah drama. Struktur ini membantu menjaga alur cerita yang teratur dan memberikan kejelasan kepada drama umumnya terdiri dari beberapa bagian yang penting, yaitu1. PemaparanBagian ini memperkenalkan latar belakang cerita, tokoh-tokoh utama, dan suasana umum yang akan menjadi dasar berfungsi untuk mengaitkan penonton dengan konteks cerita dan memberikan informasi awal yang diperlukan untuk memahami alur KonflikKonflik adalah elemen penting dalam drama yang mendorong alur cerita maju. Biasanya, konflik terjadi ketika ada pertentangan antara dua atau lebih kepentingan atau tujuan tokoh-tokoh dalam tersebut menciptakan ketegangan dan drama yang memikat perhatian Perkembangan CeritaBagian ini menggambarkan perkembangan konflik dan interaksi antara tokoh-tokoh dalam drama. Perkembangan cerita membawa penonton dari awal cerita menuju puncak menghadapi rintangan dan mengalami perubahan, mengarah pada pergeseran dramatis dalam PuncakPuncak adalah titik tertinggi dalam konflik yang mencapai intensitas emosional yang puncak ini, dramanya mencapai klimaks dan keadaan tokoh-tokoh mencapai titik paling kritis dalam ini sering kali merupakan titik balik yang signifikan dalam perjalanan PenyelesaianSetelah mencapai puncak, drama bergerak menuju penyelesaian. Bagian ini menggambarkan bagaimana konflik dipecahkan atau drama bisa memiliki berbagai bentuk, seperti resolusi yang bahagia, tragis, atau ambigu, tergantung pada jenis dan arah cerita yang ingin EpilogEpilog adalah bagian akhir dari drama yang memberikan penutup pada cerita. Biasanya, epilog digunakan untuk memberikan kesimpulan, refleksi, atau pesan terakhir kepada juga dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana kehidupan tokoh-tokoh berlanjut setelah peristiwa-peristiwa dalam Drama Dalam sebuah drama, terdapat beberapa unsur penting yang membentuk struktur cerita dan menghidupkan pertunjukan di atas adalah beberapa unsur-unsur drama yang perlu kita ketahui1. PlotPlot merupakan serangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita. Plot mengatur alur cerita dan mengarahkan perkembangan juga mencakup pemaparan, pertentangan, perkembangan cerita, puncak konflik, dan Tokoh KarakterTokoh dalam drama adalah orang-orang yang muncul dalam cerita. Setiap tokoh memiliki peran, kepribadian, dan motivasi yang ini membawa cerita dan berinteraksi satu sama lain dalam drama. Mereka bisa menjadi protagonis tokoh utama, antagonis tokoh penentang, atau karakter pendukung DialogDialog adalah percakapan antara tokoh-tokoh dalam drama. Dialog digunakan untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan perasaan, dan memperlihatkan interaksi antara yang baik mampu menghidupkan karakter dan menjalin hubungan antara TemaTema adalah ide atau pesan yang ingin disampaikan melalui drama. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, perjuangan hidup, atau konflik sosial yang ingin diperhatikan atau dipertimbangkan oleh memberikan arti yang mendalam pada cerita dan mendorong refleksi serta Setting LatarSetting adalah tempat dan waktu di mana cerita drama berlangsung. Latar mencakup deskripsi tempat, suasana, dan konteks waktu yang memberikan konteks yang baik dapat menciptakan atmosfer yang tepat dan meningkatkan pengalaman Aksi dan GerakanAksi dan gerakan mencakup aktivitas fisik tokoh-tokoh dalam drama. Aksi dan gerakan ini membantu mengekspresikan emosi, konflik, dan perkembangan dan gerakan yang tepat dapat menambah dimensi visual dan memberikan kekuatan ekspresif dalam Tata Panggung dan PropertiTata panggung dan properti meliputi penataan panggung, pencahayaan, dekorasi, dan barang-barang yang digunakan dalam panggung dan properti membantu menciptakan suasana, menggambarkan lokasi, dan menunjang eksekusi Suara dan MusikSuara dan musik digunakan untuk menciptakan atmosfer, mengarahkan perasaan penonton, dan menekankan momen penting dalam musik, efek suara, dan intonasi suara mempengaruhi suasana dan menghadirkan dimensi audio dalam sedikit informasi mengenai pengertian drama, unsur, jenis, hingga fungsinya yang perlu kamu kesimpulan artikel mengenai pengertian drama, dapat disimpulkan bahwa drama merupakan bentuk seni pertunjukan yang memadukan unsur teks, aksi, dan visual untuk menyampaikan cerita kepada memiliki beberapa karakteristik, antara lain adanya plot, tokoh, dialog, konflik, dan tema yang dihadirkan dalam bentuk pertunjukan di atas panggung.
Menghargaiorang lain yang telah berbuat baik pada kita. 2. Dapat menahan amarah atau emosi dan tidak cepat tersing-gung. 3. Memiliki toleransi dan dapat menyesuaikan diri dengan ling- Menceritakan tentang diri sendiri dapat berupa cerita pengalaman hebat atau keberhasilan orang tua. Kurniawan tidak memasukkan drama dalam sastra anak
Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free TERAPI KONTEMPORER DRAMA THERAPY KAJIAN LITERATUR DEWI FATMASARI EDY 2 Daftar Isi Halaman Sampul .............................................................................................................................. i Halaman Judul .................................................................................................................................1 Daftar Isi ..........................................................................................................................................2 1. Pendahuluan .................................................................................................................................3 2. Pembahasan ..................................................................................................................................4 Sejarah Drama Therapy ............................................................................................................4 Definisi Drama Therapy ...........................................................................................................6 Ruang Lingkup Drama Therapy ...............................................................................................7 Proses Dasar Drama Therapy ....................................................................................................7 Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist ..........................................8 Psikoterapi .................................................................................................................................9 Aplikasi Drama Therapy .........................................................................................................11 3. Penutup ......................................................................................................................................12 Kesimpulan .............................................................................................................................12 Evaluasi ...................................................................................................................................13 Daftar Pustaka ................................................................................................................................14 3 “Give a man a mask, and he will tell you the truth” -Oscar Wilde- 1. Pendahuluan Setiap permasalahan psikologis terkait dengan pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan bagi individu. Kebanyakan permasalahan psikologis muncul dari pengalaman masa lalu yang tidak terselesaikan sehingga termanifestasikan pada sikap dan perilaku individu saat ini. Berbagai usaha untuk menurunkan bahkan menghilangkan permasalahan psikologis individu telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan untuk memunculkan terapi-terapi yang tepat. Perkembangan berbagai terapi didorong oleh hasil-hasil pengamatan terapis dengan berbagai pendekatan. Drama sebagai sebuah media merupakan panggung yang memberikan ruang ekspresi bagi individu, dianggap dapat menjadi suatu terapi kontemporer baru yang memiliki sifat terapeutik bagi individu. Jones 2007 menuliskan bahwa drama dan teater adalah cara berpartisipasi dalam dunia. Jones 2007 juga menuliskan bahwa dalam drama terdapat potensi kuat untuk penyembuhan. Istilah drama therapy’ merujuk pada drama sebagai sebuah bentuk terapi. Selama perkembangan abad ke-20 di sejumlah bidang studi berbeda seperti teater eksperimental dan psikologi, telah menghasilkan pandangan baru ke dalam cara-cara dimana drama dan teater dapat efektif dalam membawa perubahan pada seseorang, baik perubahan emosional, psikologis, maupun politik dan spiritual Jones, 2007. Hal ini dapat menjadi suatu pandangan bahwa drama dapat menjadi suatu bentuk terapeutik yang digunakan saat ini karena memiliki efektivitas dalam mengubah seseorang menjadi lebih mengenal diri dan persoalannya, bahkan dapat membantu dalam menurunkan gejala gangguan. Salah satu hasil penelitian oleh Sharma 2017 menemukan bahwa terapi psikodrama secara signifikan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan remaja yang nakal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa intervensi psikodrama dapat digunakan sebagai modalitas yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup diantara pasien laki-laki dengan ketergantungan opiate Dehnavi, Bajelan, Pardeh, Khodaviren, & Dehnavi, 2016. Pada penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Orkibi, Azoulay, Snir, & Regev 2017 mengenai kontribusi terapi kelompok 4 psikodrama berbasis sekolah terhadap dimensi konsep diri dan kesepian pada remaja Israel, ditemukan bahwa peserta psikodrama melaporkan peningkatan konsep diri global, sosial, dan perilaku, serta penurunan kesepian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa perilaku produktif dalam sesi meningkat dan resistensi menurun selama terapi. Ketiga hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa drama dapat dikatakan sebagai bentuk terapi karena dapat membantu menurunkan gejala gangguan psikologis dan meningkatkan atribut positif yang ada dalam diri individu. Hal ini berarti drama merupakan suatu media terapeutik yang dapat digunakan sebagai sebuah psikoterapi. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas terkait drama therapy sebagai salah satu terapi kontemporer yang digunakan oleh terapis untuk membantu kliennya dalam terapeutik. 2. Pembahasan Sejarah Drama Therapy Drama sebagai sebuah terapi muncul sebagaimana terapi lainnya yang menemukan insight bahwa hal tersebut dapat membuat individu lebih sehat. Tema drama dan teater pun penting’ bagi masyarakat dan individu yang sehat Jones, 2007. Salah seorang tokoh yang berperan dalam sejarah drama therapy, Evreinov, juga mengatakan bahwa teater bukan hanya untuk hiburan, melainkan sesuatu yang pada dasarnya diperlukan untuk manusia seperti udara, makanan dan hubungan seksual’ Jones, 2007. Hal ini berarti teater merupakan suatu bentuk kebutuhan yang lebih dasar daripada hiburan. Pada akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20, sikap baru terhadap kesehatan mental, teori pikiran, dan emosi mulai berkembang Jones, 2007. Ini dianggap sebagai upaya untuk menemukan cara-cara baru dalam memberikan pengobatan kepada orang-orang yang tidak sehat secara mental. Pada periode yang sama, eksperimen secara radikal mengubah cara-cara dimana drama dan teater dilihat dan digunakan Jones, 2007. Perubahan ini terjadi secara terpisah. Meskipun teater ada di rumah sakit jiwa selama berabad-abad, abad ke-20 melihat peningkatan besar dalam kehadiran teater dan drama di rumah sakit. Bidang pengembangan lain berasal dari karya tiga tokoh drama therapy yaitu Iljine, Evreinov, dan Moreno, dalam membuat bentuk-bentuk perawatan atau terapi dengan drama sebagai sarana utama perubahan. Inovasi radikal dalam teater 5 eksperimental, drama pendidikan, psikoterapi, studi tentang permainan, kajian antropologis tentang ritual, kontak lintas budaya, dan pengembangan bidang dramaturgi dalam sosiologi semuanya membuat hubungan penting antara potensi drama dan perubahan langsung dalam hidup masyarakat Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada abad ke-20 dan 21, terdapat pemahaman bahwa berpartisipasi dalam drama dan teater memungkinkan koneksi ke proses bawah sadar. Partisipasi dalam drama dilihat sebagai bentuk untuk memuaskan kebutuhan manusia dalam bermain dan menciptakan emosi. Teater adalah suatu kegiatan yang terpisah dari realitas sehari-hari, sementara pada saat yang sama memiliki fungsi vital dalam merefleksikan dan bereaksi terhadap realitas itu. Pada awal abad kedua puluh, di Eropa dan Amerika Serikat, drama digunakan sebagai rekreasi, sebagai tambahan untuk cara-cara terapi utama bagi orang-orang yang sedang dalam perawatan atau pengaturan kesehatan Jones, 2007. Aspek kunci dari terapi tetap diluar pengalaman klien tentang drama. Drama dilihat hanya sebagai cara membuat masa inap di rumah sakit lebih menyenangkan, atau kadang-kadang sebagai kesempatan untuk mengangkat materi emosional yang akan ditangani kemudian di tangan psikolog atau psikiater Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kemunculan drama sebagai suatu bentuk terapeutik berasal dari metode yang diterapkan oleh rumah sakit sebagai rekreasi bagi pasiennya. Penggunaan terdokumentasi paling awal dari istilah 'drama therapy' di Inggris terjadi dalam ceramah Peter Slade pada tahun 1939 kepada British Medical Association Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa di Amerika Serikat, salah satu penggunaan istilah yang paling awal tercatat dalam referensi praktik kontemporer adalah dari Florsheim pada tahun 1946 yang berjudul 'Drama Therapy'. Namun, gagasan penggunaan terapeutik drama dan teater yang disengaja, asalnya jauh lebih tua dari ini, baik di Inggris maupun di budaya barat secara keseluruhan Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah drama therapy berawal dari negara-negara barat sebagaimana kebanyakan terapi lainnya. Jones 2007 memaparkan bahwa selama empat dekade terakhir, suatu perubahan telah diakui sepenuhnya bahwa drama itu sendiri dapat menjadi terapi. Perubahan ini menandai munculnya drama therapy seperti yang saat ini dipraktikkan oleh drama therapist terlatih. Ada dua aspek utama untuk perubahan atau pengembangan ini. Pertama adalah sesi drama therapy dapat menangani proses-proses primer yang terlibat dalam perubahan klien alih-alih menjadi tambahan 6 untuk cara kerja lain, seperti psikoterapi atau psikologi klinis. Kedua adalah akar dari proses ini dalam drama. Drama therapy bukanlah kelompok psikoterapi atau program terapi perilaku yang memiliki beberapa kegiatan dramatis yang ditambahkan padanya. Drama tidak melayani terapi, namun proses drama itulah yang mengandung terapi Jones, 2007. Definisi Drama Therapy Emunah menggambarkan bahwa drama therapy adalah penggunaan proses drama atau teater yang disengaja dan sistematis untuk mencapai perkembangan dan perubahan psikologis Jones, 2007. Alatnya diturunkan dari teater, tujuannya adalah akar dalam psikoterapi. Walaupun drama therapy dapat dilakukan dalam kerangka teoretis dari hampir semua sekolah terapi yang ada, drama therapy juga memiliki warisan uniknya sendiri, sumber-sumber konseptual teater, psikodrama, bermain dramatis, ritual dramatis, dan bermain peran Jones, 2007. Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada drama therapy, klien memanfaatkan konten dari aktivitas drama, proses pembuatan enactments sebuah proses untuk melakukan sesuatu, dan hubungan yang terbentuk antara orang-orang yang mengambil bagian dalam kerangka terapeutik, misalnya klien dengan klien lainnya jika bentuk drama therapy yang dilakukan adalah kelompok atau klien dengan terapis jika dilakukan dalam bentuk individual. Koneksi dibuat antara dunia batin klien, dimana terdapat situasi bermasalah atau pengalaman hidup dan aktivitas dalam sesi drama therapy. Klien berusaha untuk mencapai hubungan baru terhadap masalah atau pengalaman hidup yang klien bawa ke terapi Jones, 2007. Salah satu klien, misalnya, melaporkan bahwa drama therapy 'membantu saya memikirkan perspektif lain tentang situasi', menawarkan 'pemahaman, reframing, dukungan' Barry dalam Jones, 2007. Tujuannya adalah untuk menemukan resolusi hubungan baru, pertolongan, pemahaman baru, atau bahkan perubahan cara-cara dalam memandang fungsi diri dalam kehidupan. 7 Ruang Lingkup Drama Therapy Drama therapy dipraktekkan dengan kelompok ataupun individu dalam pengaturan perawatan seperti klinik dan rumah sakit dan pusat spesialis seperti unit remaja Jones, 2007. Terapi ini juga dapat ditawarkan sebagai terapi individu atau kelompok yang tersedia di luar institusi. Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan orang dewasa dan anak-anak Jones, 2007. Seorang drama therapists dapat memberikan terapi di pusat keluarga, penjara, sekolah khusus dan unit pendidikan, pusat untuk orang dewasa muda dengan masalah perilaku, dalam pengaturan kesehatan mental dan rehabilitasi, pusat-pusat komunitas dan program program penyalahgunaan zat atau alkohol Jones, 2007. Drama therapy sering pula ditawarkan bersama terapi seni lainnya sebagai bagian dari pendekatan multidisiplin sehingga terapi ini juga dapat diintegrasikan dengan berbagai terapi lainnya Jones, 2007, tergantung dengan kualifikasi terapis dan juga penilaian terapis terhadap klien. Proses Dasar Drama Therapy Sejumlah proses kunci terletak di jantung drama therapy dan proses-proses teresebut adalah cara utama dimana perubahan terapeutik terjadi. Proses inti dari drama therapy yaitu proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ Jones, 2007. Adapun penjelasannya dijabarkan sebagai berikut § Klien menjadi terlibat secara emosional dan intelektual dalam menghadapi masalah melalui proyeksi dramatis, yang dibawa ke terapi dalam bentuk seperti karakter, bahan bermain atau boneka Jones, 2007. § Transformasi menguraikan cara-cara dimana pengalaman klien tentang masalah yang diungkapkan berubah selama proses terapi. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan proses dramatis untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi untuk mengubah materi klien terhadap permasalahannya. Transformasi juga terjadi melalui pengalaman hubungan yang terbentuk selama terapi, baik dengan terapis dan dengan klien lain jika terapi dilakukan dalam kelompok Jones, 2007. § Sejumlah ahli drama mengaitkan keefektifan drama therapy dengan proses inti lainnya yaitu bermain. Klien dapat mencoba segala sesuatu tanpa konsekuensi, dan memungkinkan 8 terapis dan klien untuk menjelajahi materi dalam suatu tempat yang disebut oleh Novy dalam Jones, 2007 sebagai 'ruang bermain'. Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist Jones 2007 menuliskan bahwa seorang fasilitator, drama therapist, bekerja dengan kelompok atau individu selama beberapa minggu untuk sesi yang berlangsung antara 40 menit dan satu setengah jam. Setiap sesi biasanya terdiri dari fase pemanasan yang berkembang menjadi eksplorasi aktif dari area yang bermasalah bagi klien, diikuti oleh penutupan. Jenis-jenis masalah yang bisa ditangani dan bentuk sesi sangat bervariasi. Proses utama melibatkan klien dengan area bermasalah melalui bentuk dramatis dan bekerja dengan kelompok dan/ atau terapis jika berlangsung secara individu. Bentuk sesi penutupan berupa diskusi dan refleksi atas proses yang dilakukan dalam sesi. Drama therapy berlangsung dalam batas-batas yang jelas yang melindungi ruang terapeutik Jones, 2007. Drama therapy dipraktekkan dalam serangkaian sesi. Tujuan dari bentuk sesi adalah untuk menemukan bentuk perasaan yang akan dieksplorasi dengan tujuan mencapai perubahan pribadi Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa setiap sesi perlu menemukan cara dimana kebutuhan terapeutik dan potensi kreatif dari kelompok atau individu dapat terhubung dengan bentuk-bentuk ekspresif dan proses terapi. Beberapa pekerjaan dalam terapi sangat terstruktur. Tujuan, sesi, konten, dan proses akan ditetapkan dan disepakati dengan kelompok jika terapi dilaksanakan secara kelompok. Pendekatan lain melihat konten dan proses muncul secara spontan sebagai materi yang dibawa ke sesi oleh kelompok atau individu yang muncul. Namun, seiring berkembangnya pekerjaan, seorang drama therapist akan sering memiliki ide-ide yang disiapkan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh kelompok atau individu sampai saat ini Jones, 2007 sehingga penting bagi seorang drama therapist untuk tetap peka terhadap kebutuhan dan situasi mendesak kelompok. Hal ini penting karena tidak jarang ditemukan ada pasien yang ingin tampil, namun ada juga pasien yang ingin duduk dan tidak melakukan apa-apa Schaffner & Courtney dalam Jones, 2007. Faktor lain yang perlu diperhatikan oleh seorang drama therapist adalah faktor budaya dan sosio-ekonomi dalam mempertimbangkan perubahan dalam terapi seni Ciornai, 1983; Canda, 1990; dalam Jones, 2007. Ciornai menempatkan penekanan pada kebutuhan untuk mengorientasi 9 pekerjaan dalam latar belakang budaya dan sosial klien dimana urgensinya adalah menyeimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kehidupan klien Jones, 2007. Ciornai & Canda pun menekankan perlunya bagi terapis untuk menyadari asumsi budaya mereka sendiri tentang bentuk ekspresif yang digunakan dalam terapi seni Jones, 2007. Ekspresi dan niat klien melalui bentuk dramatis dapat beroperasi dalam tradisi budaya yang berbeda dari para terapis. Ciornai dan Canda mendukung kebutuhan terapis seni untuk "memberikan layanan dengan cara yang mudah diakses dan bermakna bagi klien" Jones, 2007. Hal ini memerlukan kebutuhan terapis untuk menjadi 'melek budaya', mengkontekstualisasikan pekerjaan dalam pengetahuan budaya yang akurat, hal positif untuk keragaman budaya, keterampilan komunikasi lintas-budaya praktis dan keakraban dengan bentuk ekspresif artistik yang relevan dan tradisi Ciornai 1983; Canda 1990; dalam Jones, 2007. Proses kunci dalam drama therapy adalah konstan dan ada asumsi dasar tentang bagaimana drama therapy dapat memfasilitasi perubahan. Tugas dari drama therapist adalah untuk memahami bagaimana proses-proses dasar dan bentuk-bentuk ekspresif terhubung dengan konteks pekerjaan. Konteks ini mencakup situasi dimana klien tinggal termasuk dampak dan faktor-faktor seperti kemiskinan dan penindasan, cara-cara dimana klien menyajikan atau melihat masalah atau kesulitan, dan filosofi atau etos dari pengaturan atau kerangka kerja dimana terapi akan dilakukan. Psikoterapi Bentuk umum untuk drama therapy adalah bentuk dasar yang terbagi menjadi lima bagian atau elemen sebagai bagian dari proses inti terapi. Adapun bentuk dasar terapi yang perlu dilakukan adalah warm-up pemanasan, focusing, main activity aktivitas utama, closure and de-roling, dan completion Jones, 2007. Pemanasan warm-up adalah kegiatan yang membantu individu atau kelompok mempersiapkan pekerjaan drama terapeutik. Biasanya ini mengambil bentuk berbagai latihan yang menyangkut emosi kelompok. Pemanasan sering membantu menandai awal penciptaan ruang drama therapy khusus Jones, 2007. Langley dalam Jones, 2007 mengatakan bahwa pemanasan adalah pendahuluan dari "tindakan" tetapi tindakan datang dalam berbagai bentuk dan ukuran’. Fokus focusing adalah periode ketika kelompok atau individu terlibat lebih langsung dengan area yang akan dikerjakan dalam terapi biasanya berfokus pada area permasalahan, baik dengan 10 subjek atau isi karya drama itu sendiri Jones, 2007. Bagian focusing ini biasanya melibatkan langkah menuju area yang lebih spesifik dibandingkan dengan bagian pemanasan. Fokus dapat dikatakan sebagai cara klien tiba di sebuah situasi kondisi dimana mereka siap untuk menjelajahi masalah secara mendalam dan dengan keterlibatan penuh. Bagian ini sering termasuk negosiasi mengenai pekerjaan yang dapat dimasukkan dalam sesi. Ini mungkin termasuk kegiatan pemanasan khusus atau persiapan yang terkait dengan pengembangan kegiatan utama dalam terapi nantinya Jones, 2007. Pada sebagian besar sesi drama therapy, ada periode waktu yang menandai intensitas keterlibatan. Jones 2007 menuliskan bahwa kegiatan utama ini dapat melibatkan berbagai aspek drama seperti 'bentuk ekspresif'. Cara-cara dimana intensitas ditampilkan bervariasi antar kelompok, misalnya untuk sekelompok orang dengan kesulitan belajar yang berat mungkin ditandai dengan peningkatan konsentrasi dalam pekerjaan mereka dengan objek dimana klien dapat melakukan peningkatan konsentrasi dari kurangnya minat ke fokus tiga menit. Pada kelompok lain mungkin periode improvisasi berkelanjutan atau berbeda dengan kelompok orang kesulitan belajar Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menyebutkan aktivitas utama yang mungkin dilakukan dalam terapi berupa § satu atau lebih individu yang berurusan dengan masalah; § kelompok secara keseluruhan bekerja bersama dengan tema atau fokus tertentu; § semua anggota kelompok mengerjakan materi mereka sendiri satu sama lain dalam kelompok kecil, berpasangan, atau dalam kelompok besar. Fase penutupan closure dan de-roling menandai akhir dari pekerjaan aktif utama yang melibatkan bentuk-bentuk dramatis dalam psikoterapi Jones, 2007. Periode penutupan ini mencakup latihan de-roling’ jika karakter, peran, atau improvisasi digunakan selama terapi. Levy mengatakan bahwa dalam drama therapy, terapis-klien bekerja dalam hubungan antara fantasi dan kenyataan, dimana saat fase penutupan dan de-roling, mereka harus menemukan cara untuk meninggalkan dan memisahkan diri dari peran yang telah klien mainkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kenyataan atau dunia luar Jones, 2007. Oleh karena itu, penutupan adalah waktu untuk mengakhiri hubungan dramatis dengan peran-peran yang digunakan selama terapi. Penyelesaian adalah aspek penting dari drama therapy. Ini adalah kegiatan yang terpisah dari keterlepasan langsung dari keterlibatan utama dalam drama yang merupakan tahap penutupan; itu 11 juga terpisah dari de-roling Jones, 2007. Penyelesaian memiliki dua komponen utama, yaitu pertama adalah ruang untuk integrasi lebih lanjut dari materi yang ditangani selama kegiatan utama dan kedua adalah persiapan untuk meninggalkan ruang drama therapy. Integrasi dapat mengambil bentuk verbal atau dramatis murni seperti permainan atau aktivitas reflektif Jones, 2007 sehingga penyelesaian mungkin sebagian besar dihabiskan dalam keheningan. Panjang setiap bagian bervariasi sesuai dengan cara kelompok menggunakan drama therapy. Pada beberapa kasus, pemanasan dan pemfokusan akan memakan waktu sepertiga waktu, kegiatan utama sepertiga lainnya, dan penutupan, pelepasan akhir dan penyelesaian ketiga terakhir. Jones, 2007. Akan tetapi, Jones 2007 menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap bagian ini dapat mengalami perubahan-perubahan selama proses terapi bergantung pada penilaian terapis terhadap kebutuhan klien selama psikoterapi berlangsung. Aplikasi Drama Therapy Drama therapy sebagai sebuah terapi dapat diaplikasikan secara individual maupun kelompok. Bloom, Weber, Haen, & Landy 2004 menuliskan bahwa drama therapy dapat diaplikasikan baik dalam konteks individu, kelompok, keluarga, atapun sistem yang lebih besar. Penerapannya bergantung pada kebutuhan akan kasus yang didapatkan dan tentunya kualifikasi terapis itu sendiri. Penulis mengambil sebuah contoh pengaplikasian drama therapy untuk permasalahan resistensi remaja yang ditulis oleh Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. Adapun kesimpulan yang dituliskan oleh Emunah adalah sebagai berikut. Drama therapist perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu tentang isu-isu mendasar dalam pemberontakan remaja dan resistensi terhadap pengobatan yang mendahului jawaban terapis atas respons efektif terhadap oposisi dan konfrontasi. Melalui drama therapy, pemberontakan remaja yang sesuai dan sehat dapat dilibatkan dalam konteks aktivitas dramatis, dengan demikian melewati atau meminimalkan resistensi terhadap pengobatan. Remaja diberikan kesempatan untuk mengekspresikan dan "act-out" perasaannya, tetapi dalam keamanan dan batas-batas drama dramatis, yang menyiratkan dan memerlukan pengamatan diri dan penguasaan diri serta kemungkinan penemuan dan perubahan. Penerimaan terapis terhadap pilihan materi klien untuk pengesahan, seberapapun klien memberontak atau merusak diri sendiri, dapat memupuk hubungan saling percaya antara klien dan terapis. Hal ini akan sangat menolong proses terapi ketika terapis hendak 12 "memotong" atau "membekukan" adegan karena terapis menilai remaja kehilangan kendali. Dalam konteks kelompok, interaksi teman sebaya dan identitas kelompok, yang dianggap penting bagi perkembangan remaja, didukung oleh pemimpin. Drama, permainan, dan pemberlakuan drama mendorong eksplorasi isu-isu bersama dan sering berhubungan secara khusus dengan konflik, ambivalensi, dan tugas-tugas perkembangan yang sulit yang menantang para remaja. Terapis dapat menumbuhkan kemampuan kognitif, seperti pemikiran konseptual, pengujian realitas, dan klarifikasi nilai melalui improvisasi selama proses terapi. Cara-cara baru untuk mengatasi situasi dan mengekspresikan emosi dapat diperiksa dan dipraktikkan. Selama periode ketidakstabilan dan identitas yang tidak pasti, dimana remaja dibatasi oleh norma dan gambar yang dipaksakan oleh kelompok sebaya, drama memungkinkan eksperimen yang aman dengan identitas baru. Berbagai aspek dari perasaan diri remaja yang berkembang dapat dimainkan dan diintegrasikan secara bertahap. Rasa terkungkung dan putus asa yang dialami oleh para remaja di rumah mereka dan situasi rumah sakit dapat diringankan selama proses drama dimana kemungkinan yang tak terhitung dan perspektif tentang situasi aktual seseorang dapat dicapai. Secara umum, situasi realistis atau kehidupan nyata dipilih oleh remaja untuk ditetapkan dalam upaya untuk memahami dan menguasai emosi mereka yang bertentangan. Drama therapy dapat menjadi pilihan integrasi dalam penyembuhan. Akan tetapi, bukan berarti drama therapy tidak memiliki tantangan dalam pengaplikasiannya. Emunah menuliskan bahwa perawatan di rumah sakit remaja sering singkat dan minimnya motivasi klien, menembus perlawanan awal adalah salah satu tugas penting yang dihadapi terapis Bloom, dkk., 2004. Drama therapy dapat dilihat sebagai katalitik dan awal, membuka jalan bagi klien untuk mendapatkan manfaat dari area lain dari program pengobatan atau bentuk psikoterapi lainnya. Ini juga bisa menjadi pilihan perawatan utama untuk remaja yang resistan Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. 3. Penutup Kesimpulan Drama therapy adalah suatu pengembangan terapi yang bermula di negara-negara barat sebagai suatu tambahan media penyembuhan di rumah sakit. Drama therapy merupakan sebuah terapi yang dapat memfasilitasi perubahan melalui proses drama dengan menggunakan potensi 13 drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup yang bertujuan untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi, sehingga klien dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan. Proses dasar yang kemudian menjadi suatu inti dari drama therapy adalah proses proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ yang dinilai dapat membantu klien untuk mengekpresikan emosinya dan pada tahap penyelesaian, klien mampu melakukan refleksi terhadap area permasalahannya. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwasanya drama therapy hanyalah sebuah bentuk terapi yang kurang efektif jika berdiri sendiri, namun jauh lebih efektif jika diintegrasikan dengan metode pendekatan terapi lainnya. Integrasi drama therapy dengan pendekatan lainnya kembali pada kebutuhan klien dan kualifikasi terapis. Evaluasi Jones 2007 menuliskan evaluasi yang perlu dilakukan kedepannya bagi drama therapy adalah pengembangan metode penilaian dalam drama therapy yang dinilai masih merupakan bidang yang membutuhkan penelitian. Pembentukan strategi yang jelas yang memiliki dasar teori yang kuat, prinsip dan praktik inti dari drama therapy diperlukan. Selain itu, pendekatan terkini terhadap penilaian dan evaluasi dalam drama therapy biasanya diadaptasi dari yang digunakan dalam disiplin terkait, seperti skala dramatis dan metode dari terapi bermain. Hal ini membuat drama therapist harus mengadopsi cara kerja yang harus disesuaikan, daripada bekerja dengan pendekatan yang dihasilkan oleh bidang drama therapy itu sendiri Jones, 2007. Oleh karena itu, masih dibutuhkan banyak penelitian terkait drama therapy, khususnya teknik-teknik yang digunakan oleh terapis selama setiap sesi terapi. 14 Daftar Pustaka Bloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-Routledge Dehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886 Jones, P. 2007. Drama as Therapy Theory, Practice, and Research, Second Edition. New York Routledge Orkibi, H., Azoulay, B., Snir, S., & Regev, D. 2017. In‐session behaviours and adolescents' self‐concept and loneliness A psychodrama process–outcome study. Clinical Psychology Psychotherapy. 2017;1–9. Sharma N 2017. Effect of Psychodrama Therapy on Depression and Anxiety of Juvenile Delinquents. International Journal of Indian Psychology, Vol. 5, 1, DIP DOI ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SharmaThe purpose of this study was to study the effect of psychodrama therapy on depression and anxiety level of juvenile delinquent. 20 juvenile delinquents were selected through accidental sampling from reformatory school of Gorakhpur The subjects were participated in an eight-session psychodrama therapy plan for 8 weeks in a group. In order to collect data, the Beck depression inventory II and Zung self rating anxiety scale was applied. Data analysis was performed by paired t test. The t test results revealed that there is a significant difference between psychodrama and depression and anxiety of juvenile delinquent. Psychodrama therapy significantly decreases the level of depression and anxiety of juvenile adolescents spend many hours a day in school, it is crucial to examine the ways in which therapeutic practices in schools promote their well-being. This longitudinal pilot study examined the contribution of school-based psychodrama group therapy to the self-concept dimensions and perceived loneliness of 40 Israeli adolescents aged 13-16, 60% boys in public middle schools. From a process-outcome perspective, we also examined the understudied trajectory of adolescents' in-session behaviours process variables and its associations with changes in their self-concepts and loneliness outcome variables. Psychodrama participants reported increases in global, social, and behavioural self-concepts and a decrease in loneliness compared to the control group. In-session productive behaviours increased and resistance decreased throughout the therapy, but varied process-outcome relationships were found. The study suggests that conducting further research into the process-outcome relationships in psychodrama group therapy is warranted to pinpoint specific mechanisms of change. Suggestions for future studies are Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent TreatmentS BloomA M WeberC HaenR LandyBloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-RoutledgeThe Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male PatientsS DehnaviM BajelanS J PardehH KhodavirenZ DehnaviDehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886 MrnOU5.